Perjalanan ke Pulau Sempu yang menawan

Pulau Sempu yang menawan
Sebenarnya saya merasa sedikit ragu untuk mulai menulis trip ke Sempu ini. Sebab sebagaimana kita ketahui pulau Sempu bukanlah lokasi yang di peruntukkan untuk wisata mengingat statusnya yang cagar alam. Saya khawatir---walau sudah banyak orang yang mem-publish tentang Sempu---akan menjadi trigger bagi yang masih penasaran dan belum berkunjung.
Saya mohon maaf sebelumnya jika ada pihak-pihak yang mungkin akan dirugikan pasca terpublikasi nya tulisan ini. Saya merasa "gatal" jika belum menuangkan hasil trip saya dalam bentuk tertulis. Ya semoga saja tidak banyak yang membaca hasil tulisan saya ini.
Trip ini adalah sekuel dari perjalanan kami (saya, Jokaw, Yudex, Risky, Iwan, Bisri, Taufiq dan Reza).
Tanggal 28 Mei...selepas adzan Isya kami masih berada di pondokan Mak Yem di Ranupani. Jam di dinding menunjukkan pukul 20.00 dan kami masih menunggu makanan yang kami pesan. Sambil menunggu makanan matang, saya meminta tolong pada Jokaw dan Iwan untuk mem-booking kendaraan untuk turun. Belum juga kedua rekan saya bergerak ke lapangan parkir di bawah, Mak Yem menjelaskan bahwa sejak pendakian mulai di buka tahun ini (5 Mei 2014) tidak ada lagi sistem booking kendaraan sebab sistem yang berlaku adalah nomer antrian kendaraan saat kami akan turun. Jadi, kami tidak bisa lagi memilih akan naik kendaraan milik siapa, tetapi misal saat kami mau pulang dan yang ready antrian adalah Jeep A maka kami harus naik Jeep A. Poin plusnya kendaraan dari Ranupani ke Tumpang sekarang standby 24 jam. 

Baca : Pendakian gunung Semeru
Selesai menghabiskan Mie sayur pesanan, kamipun berpamitan pada Mak Yem dan keluarga untuk kembali ke Tumpang ke rumah pak Mun.
Ketika kami tiba di parkiran, yang ready to go ke Ranupani adalah Colt bak terbuka Mitsubishi L300.,...hmmm...we've no choice...
Segera kami susun keril-keril di bagian pojok mobil daaan....hehe...saya ambil posisi aman saja duduk depan samping pak kusir...eh pak supir. Maklumlah...sangar-sangar gini saya gampang mabokkan...hihi.
Dalam perjalanan pulang ini kami bertambah rekan, 4 orang pendaki asal Bekasi yang kebingungan sebab tidak punya tempat untuk bermalam. Akhirnya kami ajak mereka untuk ikut menginap di rumah pak Mun. Yang saya kenal dari ke empat rekan itu hanya 1 orang, leader nya yang bernama Misbah.
Singkat cerita kami tiba di rumah pak Mun jam 23.05. Untung Gofur belum tidur. Saat kami datang, mbak Prita dan keluarganya yang berjumlah 4 orang sudah lebih dulu ada.
Nama yang saya sebut terakhir itu adalah keponakan dari rekan kerja saya di Bappenas, bersama suami, anak dan saudaranya, dia ingin berlibur ke Bromo dan Sempu. Selain mereka ada lagi satu orang kenalan saya yang kebetulan juga sedang berada di Tumpang yaitu Riko, dia baru saja menjadi guide untuk tamu-tamu dari Jakarta. Jadi totalnya ada 20 org di dalam rumah pak Mun yang bertipe 45 ini...bisa di bayangkan kan sesaknya. 
Saat itu pak Mun sedang tidur, beristirahat karena jam 2.00 akan mengantar mbak Prita dan keluarga ke Bromo. Ga lama sejak kami masuk, satu persatu dari kami tidur. Ya, kami semua memang kelelahan sampai-sampai posisi dan lokasi tidur kami dalam rumah tidak beraturan. Hanya saya, Jokaw, Yudex dan Gofur yang ga tidur. Kami ngobrol ngalor ngidul sampai menjelang subuh, padahal dari tanggal 27 kami baru tidur 1,5jam saja. 
Hari ini sudah tanggal 29 Mei, kantuk saya sudah tak tertahan dan akhirnya saya pun tidur di sofa ruang tamu sekitar jam 3.15. Jam 6.00...saya bangun kesiangan dan langsung shalat subuh. Rekan yang lain masih juga belum ada yang bangun. Saya biarkan saja.
Jam 7 pagi istri pak Mun menyiapkan sarapan pagi untuk kami semua...pecel telor plus peyek kacang...yuummii banget deh. Ga pake lama licin tandas semua yang dihidangkan...(keliatan banget kelaparannya...hehe).
Jam 10, Misbah dan ketiga temannya berpamitan untuk melanjutkan perjalanan. Sempat saya menawarkan mereka ikut ke Sempu tapi ditolak. Tak lama Misbah cs keluar, Risky, Taufiq dan Bisri juga ijin ke saya untuk main ke pasar Tumpang. Saya "iyakan" dengan syarat sebelum jam 13.00 sudah kembali sebab jam 14.00 kami akan melanjutkan trip ke Sempu. Rombongan mbak Prita juga rencananya baru akan kembali jam 13.00 dari Bromo. Saya, Jokaw dan Iwan kemudian membuat list logistik yang harus kami beli untuk perbekalan camping di Sempu. Selesai membuat list, Jokaw dan Iwan berangkat ke pasar Tumpang untuk belanja.
Jam 14.00 Yudex datang dengan mobil sewaan yang akan membawa kami ke Sendang Biru. Ikut pula seorang rekan baru bernama Hamid bersama Yudex. Penampilan Hamid kalem, tapi saya yakin dia ini 11-12 dengan Yudex..(keyakinan saya terbukti kemudian saat di Pulau Hamid ga ada hentinya ngelawak). Supir kami namanya Pak Kucing, pria usia akhir 60an kira-kira, yang juga adalah Pakde dari Yudex.
Mobil jenis Hiace Toyota tahun 81, sudah terlihat reyot dan full dempulan. Kapasitas normalnya 12 orang, tapi demi bisa membawa kami "sekeluarga" Pak Kucing harus rela mobilnya di isi 15 orang, itupun belum termasuk carriel dan belanjaan kami lho.
Saya, Jokaw dan Yudex duduk di depan, kaki kami di alasi carriel saya yang memang paling besar. Sisanya pinter-pinter ngatur posisi deh di belakang...hehe. Saya sendiri ga bisa bayangin seperti apa rasanya 12 orang uyel-uyelan di belakang.
Mobil bergerak pelan menyusuri jalanan yang tidak terlalu ramai menuju selatan Malang.
Jam 16.30 kami tiba di pelelangan ikan pelabuhan Sendang Biru dan turun untuk membeli beberapa jenis ikan untuk kami bakar nanti malam. Setelah ikan-ikan yang kami beli di rasa cukup, kami pun kembali ke mobil dan bergerak menuju pos pendaftaran di sebelah utara pelelangan ikan. Kami tiba di pos pendaftaran kurang lebih jam 17.15. Sementara pak Kucing memarkir mobil, saya, Yudex, Jokaw dan Hamid mendatangi pos.
Terpajang tulisan Closed alias Tutup di kaca sebelah pintu pos.
Kami sempat speechless untuk beberapa saat...masa sih udah belanja ini itu, udah borong ikan untuk di bakar dan yang terutama udah jauh-jauh datang dari Jakarta koq gagal??!!
Memang banyak alternatif tempat lain untuk di kunjungi seperti Goa Cina, pantai Kondang Merak dll...TAPI kami datang untuk menjelajahi pulau Sempu.
Sekali Sempu ya Sempu.
Saat kami kebingungan, seorang petugas yang bernama "mr.X" datang menghampiri menawarkan "bantuan".(demi privasi saya tidak sebut nama). Setelah negosiasi yang cukup alot selama beberapa saat saya pun menyelesaikan kelengkapan "administrasi" yang diminta. Lucunya, walau "jalan belakang" saya tetap mengantongi Simaksi yang sah. Intinya sore menjelang maghrib itu, rombongan kami yang di wakili saya harus membayar jauh lebih mahal--- baik untuk perijinan, tarif guide hingga ongkos kapal yang antar jemput--- dibanding tarif normal agar bisa masuk ke Sempu. Ya sudahlah...aku rapopo...yang penting kami bisa masuk dan menjelajah Sempu. 5 menit menjelang jam 18.00 kapal bergerak membawa kami ke pulau Sempu. 

Sebenarnya saya merasa sedikit ragu untuk mulai menulis trip ke Sempu ini. Sebab sebagaimana kita ketahui pulau Sempu bukanlah lokasi yang di peruntukkan untuk wisata mengingat statusnya yang cagar alam. Saya khawatir---walau sudah banyak orang yang mem-publish tentang Sempu---akan menjadi trigger bagi yang masih penasaran dan belum berkunjung.
Saya mohon maaf sebelumnya jika ada pihak-pihak yang mungkin akan dirugikan pasca terpublikasi nya tulisan ini. Saya merasa "gatal" jika belum menuangkan hasil trip saya dalam bentuk tertulis. Ya semoga saja tidak banyak yang membaca hasil tulisan saya ini.
Trip ini adalah sekuel dari perjalanan kami (saya, Jokaw, Yudex, Risky, Iwan, Bisri, Taufiq dan Reza).
Tanggal 28 Mei...selepas adzan Isya kami masih berada di pondokan Mak Yem di Ranupani. Jam di dinding menunjukkan pukul 20.00 dan kami masih menunggu makanan yang kami pesan. Sambil menunggu makanan matang, saya meminta tolong pada Jokaw dan Iwan untuk mem-booking kendaraan untuk turun. Belum juga kedua rekan saya bergerak ke lapangan parkir di bawah, Mak Yem menjelaskan bahwa sejak pendakian mulai di buka tahun ini (5 Mei 2014) tidak ada lagi sistem booking kendaraan sebab sistem yang berlaku adalah nomer antrian kendaraan saat kami akan turun. Jadi, kami tidak bisa lagi memilih akan naik kendaraan milik siapa, tetapi misal saat kami mau pulang dan yang ready antrian adalah Jeep A maka kami harus naik Jeep A. Poin plusnya kendaraan dari Ranupani ke Tumpang sekarang standby 24 jam. 
Selesai menghabiskan Mie sayur pesanan, kamipun berpamitan pada Mak Yem dan keluarga untuk kembali ke Tumpang ke rumah pak Mun.
Ketika kami tiba di parkiran, yang ready to go ke Ranupani adalah Colt bak terbuka Mitsubishi L300.,...hmmm...we've no choice...
Segera kami susun keril-keril di bagian pojok mobil daaan....hehe...saya ambil posisi aman saja duduk depan samping pak kusir...eh pak supir. Maklumlah...sangar-sangar gini saya gampang mabokkan...hihi.
Dalam perjalanan pulang ini kami bertambah rekan, 4 orang pendaki asal Bekasi yang kebingungan sebab tidak punya tempat untuk bermalam. Akhirnya kami ajak mereka untuk ikut menginap di rumah pak Mun. Yang saya kenal dari ke empat rekan itu hanya 1 orang, leader nya yang bernama Misbah.
Singkat cerita kami tiba di rumah pak Mun jam 23.05. Untung Gofur belum tidur. Saat kami datang, mbak Prita dan keluarganya yang berjumlah 4 orang sudah lebih dulu ada.
Nama yang saya sebut terakhir itu adalah keponakan dari rekan kerja saya di Bappenas, bersama suami, anak dan saudaranya, dia ingin berlibur ke Bromo dan Sempu. Selain mereka ada lagi satu orang kenalan saya yang kebetulan juga sedang berada di Tumpang yaitu Riko, dia baru saja menjadi guide untuk tamu-tamu dari Jakarta. Jadi totalnya ada 20 org di dalam rumah pak Mun yang bertipe 45 ini...bisa di bayangkan kan sesaknya. 
Saat itu pak Mun sedang tidur, beristirahat karena jam 2.00 akan mengantar mbak Prita dan keluarga ke Bromo. Ga lama sejak kami masuk, satu persatu dari kami tidur. Ya, kami semua memang kelelahan sampai-sampai posisi dan lokasi tidur kami dalam rumah tidak beraturan. Hanya saya, Jokaw, Yudex dan Gofur yang ga tidur. Kami ngobrol ngalor ngidul sampai menjelang subuh, padahal dari tanggal 27 kami baru tidur 1,5jam saja. 
Hari ini sudah tanggal 29 Mei, kantuk saya sudah tak tertahan dan akhirnya saya pun tidur di sofa ruang tamu sekitar jam 3.15. Jam 6.00...saya bangun kesiangan dan langsung shalat subuh. Rekan yang lain masih juga belum ada yang bangun. Saya biarkan saja.
Jam 7 pagi istri pak Mun menyiapkan sarapan pagi untuk kami semua...pecel telor plus peyek kacang...yuummii banget deh. Ga pake lama licin tandas semua yang dihidangkan...(keliatan banget kelaparannya...hehe).
Jam 10, Misbah dan ketiga temannya berpamitan untuk melanjutkan perjalanan. Sempat saya menawarkan mereka ikut ke Sempu tapi ditolak. Tak lama Misbah cs keluar, Risky, Taufiq dan Bisri juga ijin ke saya untuk main ke pasar Tumpang. Saya "iyakan" dengan syarat sebelum jam 13.00 sudah kembali sebab jam 14.00 kami akan melanjutkan trip ke Sempu. Rombongan mbak Prita juga rencananya baru akan kembali jam 13.00 dari Bromo. Saya, Jokaw dan Iwan kemudian membuat list logistik yang harus kami beli untuk perbekalan camping di Sempu. Selesai membuat list, Jokaw dan Iwan berangkat ke pasar Tumpang untuk belanja.
Jam 14.00 Yudex datang dengan mobil sewaan yang akan membawa kami ke Sendang Biru. Ikut pula seorang rekan baru bernama Hamid bersama Yudex. Penampilan Hamid kalem, tapi saya yakin dia ini 11-12 dengan Yudex..(keyakinan saya terbukti kemudian saat di Pulau Hamid ga ada hentinya ngelawak). Supir kami namanya Pak Kucing, pria usia akhir 60an kira-kira, yang juga adalah Pakde dari Yudex.
Mobil jenis Hiace Toyota tahun 81, sudah terlihat reyot dan full dempulan. Kapasitas normalnya 12 orang, tapi demi bisa membawa kami "sekeluarga" Pak Kucing harus rela mobilnya di isi 15 orang, itupun belum termasuk carriel dan belanjaan kami lho.
Saya, Jokaw dan Yudex duduk di depan, kaki kami di alasi carriel saya yang memang paling besar. Sisanya pinter-pinter ngatur posisi deh di belakang...hehe. Saya sendiri ga bisa bayangin seperti apa rasanya 12 orang uyel-uyelan di belakang.
Mobil bergerak pelan menyusuri jalanan yang tidak terlalu ramai menuju selatan Malang.
Jam 16.30 kami tiba di pelelangan ikan pelabuhan Sendang Biru dan turun untuk membeli beberapa jenis ikan untuk kami bakar nanti malam. Setelah ikan-ikan yang kami beli di rasa cukup, kami pun kembali ke mobil dan bergerak menuju pos pendaftaran di sebelah utara pelelangan ikan. Kami tiba di pos pendaftaran kurang lebih jam 17.15. Sementara pak Kucing memarkir mobil, saya, Yudex, Jokaw dan Hamid mendatangi pos.
Terpajang tulisan Closed alias Tutup di kaca sebelah pintu pos.
Kami sempat speechless untuk beberapa saat...masa sih udah belanja ini itu, udah borong ikan untuk di bakar dan yang terutama udah jauh-jauh datang dari Jakarta koq gagal??!!
Memang banyak alternatif tempat lain untuk di kunjungi seperti Goa Cina, pantai Kondang Merak dll...TAPI kami datang untuk menjelajahi pulau Sempu.
Sekali Sempu ya Sempu.
Saat kami kebingungan, seorang petugas yang bernama "mr.X" datang menghampiri menawarkan "bantuan".(demi privasi saya tidak sebut nama). Setelah negosiasi yang cukup alot selama beberapa saat saya pun menyelesaikan kelengkapan "administrasi" yang diminta. Lucunya, walau "jalan belakang" saya tetap mengantongi Simaksi yang sah. Intinya sore menjelang maghrib itu, rombongan kami yang di wakili saya harus membayar jauh lebih mahal--- baik untuk perijinan, tarif guide hingga ongkos kapal yang antar jemput--- dibanding tarif normal agar bisa masuk ke Sempu. Ya sudahlah...aku rapopo...yang penting kami bisa masuk dan menjelajah Sempu. 5 menit menjelang jam 18.00 kapal bergerak membawa kami ke pulau Sempu. 

Semeru Kelihatan ya dari sini heheh
Waktu untuk menyeberang dari Pantai Sendang Biru ke Pulau Sempu ga lebih dari 10 menit saja. Hari sudah benar-benar gelap saat kami turun di bibir pantai. Saat itu sedang surut dan kami harus rela sedikit berjalan melintasi bagian pantai yang dangkal untuk mencapai pos jaga yang tak berpenghuni.
Sesaat sebelum memasuki hutan, kami di briefing oleh guide kami "mr. Z". Tentang aturan main dan sebagainya. Lalu tepat jam 18.30 kami mulai berjalan beriringan menapaki hutan Sempu.Dengan mengandalkan cahaya senter dan headlamp kami bergerak perlahan. Hutan Sempu ini rapat sekali (menurut saya)...bagi yang baru pertama datang dan tanpa guide atau teman yang sudah mengenal trek amat sangat mungkin akan tersesat. 
Hutan Sempu
Karakter trek awal di pulau Sempu ini adalah kombinasi akar bakau, akar pohon biasa dan tanah yang akan menjadi semi lumpur dan sangat licin jika turun hujan. Akar-akar yang menyilang tidak beraturan saling berkelindan dan tonjolannya sangat menyulitkan langkah kaki apalagi untuk perjalanan malam hari. Belum lagi ranting dan dahan yang melintang seperti tidak terlihat. Beberapa dari kami harus rela kepala terbentur dahan sebab pandangan mata lebih fokus ke arah bawah. Dalam kondisi trek kering perjalanan menuju Segara Anak bisa ditempuh dalam waktu 45-60 menit saja. Sedangkan dalam kondisi basah bisa dua kalinya.
Jarak bibir pantai tempat kami turun dari kapal dengan Segara Anak kurang lebih 2,5km.
1,5Km kami berjalan bertambah lagi kombinasi trek yang kami pijak. Kali ini kami harus lebih berhati-hati sebab banyak batu alam atau batu karang yang tajam disepanjang sisa rute.
Goa Sebelum Sampai Segara Anak
Saya mencatat rombongan kami hanya 3 kali berhenti untuk beristirahat dan masing-masing tidak lebih dari 10 menit. Tangguh juga rupanya tim kami kali ini...Alhamdulillah. 200 meter menjelang Segara Anak trek kami berganti kesulitannya. Harus lebih ekstra hati-hati sebab selain batuan karangnya semakin tajam, trek juga menjadi sempit hanya bisa di lalui 1 orang saja, selain itu di sebelah kanan kami adalah air. Ketinggian antara jarak trek yang kami lintasi dengan permukaan air memang hanya sekitar 2-3 meter saja...tapi...tepiannya penuh dengan akar dan karang tajam. So??...itulah kenapa saya bilang kami harus ekstra hati-hati.
Syukur Alhamdulillah jam 19.35 kami berhasil tiba di Segara Anak, segera saja kami mencari lokasi untuk buka tenda. Saat itu, tempat-tempat yang ideal untuk buka tenda sudah "dikuasai" orang lain yang lebih dulu datang. Akhirnya kami terpaksa membuat Tenda di bagian yang dekat dengan tepian pantai. 1,5 jam kemudian kami sudah mulai beristirahat dan bersantai. Menikmati kopi, teh dan aneka camilan bekal.

Di komandoi oleh Yudex dan Hamid acara bakar ikan pun di mulai. Angin malam itu sangat bersahabat, cuaca cerah bertabur milyaran bintang. Damai dan tenang rasanya. Sesekali kami tertawa terbahak saat salah seorang dari kami melontarkan guyonan. Ya Allah...sudah lama saya ga merasakan suasana pantai setenang ini. Kami terus bercengkrama, bersantai hingga satu persatu tumbang ke alam mimpi. Saya sendiri tidur di luar beralas matras di temani Jokaw, Yudex, Hamid, Taufiq dan Bisri. Saya sempat melihat jam di tangan, jarum pendek menunjuk angka 3.

Jam 5.30 saya bangun dan shalat. Selesai shalat bersama dengan rekan yang lain, saya duduk-duduk beralas pasir menikmati pagi yang damai. Sebagian dari kami naik ke bukit karang dan berfoto-foto. Pak Kucing dan mas Andi (suami mbak Prita) memancing di tepi tebing karang. Keindahan Segara Anak ini memang luar biasa, ga salah begitu banyak orang yang ingin mendatangi walau terkadang harus melanggar aturan seperti kami...(jangan ditiru ya!). Pasirnya begitu lembut...bersih...nyaris tanpa sampah. Hutannya asri...riak airnya tenang dan sangat sangat jernih...kontras dengan gelombang besar yang beradu dengan benteng karang di bagian sebelah luar, yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia.
Sebelum berkemas dan pulang kami puas-puaskan diri berenang di Segara Anak.

Comments

Popular posts from this blog

Menggapai Puncak Tertinggi PEKALONGAN MT.Rogojembangan

Indahnya Pasir Kencana Pekalongan

Senja di Pantai Slamaran